Mengenal Format Gambar
Dunia tanpa gambar seolah menjadi hambar. Salah satu daya tarik manusia
dalam menikmati
suatu obyek adalah
adanya unsur gambar (image). Gambar
digital merupakan dokumen
berbentuk file
yang dihasilkan melalui perangkat elektronik atau media digital. Hasil
teknologi
gambar digital
terus dikembangkan kedalam berbagai format demi memenuhi kebutuhan cetak
atau non-cetak.
Beruntung sekali! Saat ini tersedia banyak tools software untuk membuat serta
mengolah
(manipulasi) sebuah gambar, baik yang gratis (freeware) ataupun berbayar (shareware).
Teknologi cetak printer juga semakin canggih dan inovatif.
Sebagian designer menuangkan karakter dan ide dalam
coretan-coretan tangan, selanjutnya di-scanning (digitalisasi) kedalam
komputer dan hasilnya ’diolah’ sesuai kebutuhan.
Untuk mendapatkan
hasil image terbaik perlu memahami karakteristik atau seluk beluk gambar
dan warna.
Contohnya, ketika memperbesar ukuran gambar tetapi hasilnya menjadi pecah-pecah
atau kabur (blur).
Bisa jadi, ini dikarenakan gambar ’asli’ yang sedang kita olah bertipe raster
atau tidak cukup
resolusinya. Contoh lain adalah tidak semua gambar mendukung untuk
ditampilkan di web. Kalaupun dipaksakan, web menjadi berat dan menyusahkan
untuk dilihat..
Contoh lain adalah
ketika sobat mencetak gambar ber-tipe gif atau png maka hasilnya sering
kurang memuaskan.
Eps dan Tiff adalah format file yang popular untuk urusan mencetak sebab
memiliki dukungan warna yang lebih lengkap.
Vektor vs (Bitmap) Raster
Dalam proses pembuatan gambar digital, kadang-kadang perlu melakukan
konversi dari raster ke vektor ataupun sebaliknya. Misalnya
ketika membuat sebuah logo dengan efek-efek khusus dan mencetak gambar di
kertas. Secara garis besar gambar dibagi 2 kategori.
Vektor
adalah
serangkaian instruksi matematis yang dijabarkan dalam bentuk, garis, dan
bagian-bagain lain yang saling berhubungan dalam sebuah gambar. Ukuran file relatif
kecil dan jika diubah ukurannya (seperti gambar dibawah ini) kualitasnya tetap.
Contoh file vektor adalah .wmf, swf , cdr dan .ai. Dan sering dipakai
dalam membuat logo, animasi, ilustrasi, kartun, clipart dsb.
Bitmap
adalah
gambar bertipe raster. Mengandalkan jumlah pixel dalam satu satuan
tertentu. Semakin rapat pixel maka semakin baik kualitas gambar.
Sebaliknya jika dipaksa diperbesar akan terlihat pecah (seperti gambar dibawah
ini). Besar file yang dihasilkan cenderung besar. Contoh bitmap adalah
.bmp, .jpg, .gif.
RGB vs CMYK
RGB adalah singkatan dari Red-Green-Blue.
3 warna dasar yang dijadikan patokan warna secara universal (primary colors).
Dengan basis RGB, kita bisa mengubah warna ke dalam kode-kode angka sehingga
warna tersebut akan tampil universal di manapun di seluruh dunia ini. Patokan
standar seperti ini ‘wajib’ karena dalam konteks profesional, kita tidak bisa
bilang "Saya ingin warna dasar website biru muda". Nah! biru muda
yang seperti apa? Apakah seperti catnya taksi blue bird? Atau seperti langit
cerah? Atau warna telor asin? Ataukah birunya Persib?
Tapi
dengan standar RGB, kita bisa bilang "Yang dimaksud adalah warna R : 115 –
G : 221 – B : 240 ". Atau dengan bahasa lain, warna biru yang kita
inginkan mempunyai unsur warna merah sebesar 115, hijau 221, dan birunya 240
derajat. Range angka untuk masing-masing dimensi warna di RGB adalah 0 -
255. Jadi kode RGB 0 – 0 – 0 sama dengan
warna hitam, dan 255 – 255 - 255 adalah warna putih. Khusus warna di internet
baru mampu mengenali standar warna RGB. Untuk memeriksa apakah file image
berbasis RGB atau CMYK, silahkan cek dengan aplikasi Photoshop (klik menu
"Image > Mode").
CMYK merupakan standar industri
cetak saat ini. Singkatan dari Cyan – Magenta - Yellow, dan K mewakili
warna hitam. Kenapa K? bukan B (black)? Ternyata alasannya cukup simple,
supaya orang nggak keliru dengan B (Blue) di RGB. Sama seperti RGB, CMYK juga mengandalkan standardisasi warnanya
ke dalam koordinat. Rangenya antara 0 - 100 sehingga kehadiran unsur K sangat
menentukan. Berapapun koordinat CMY-nya, selama K-nya 100 maka warna tersebut
akan jadi warna hitam. CMYK merupakan
standar warna berbasis pigment-based, menyesuaikan diri dengan standar
industri printing. Sampai saat ini dunia cetak-mencetak memakai 4 warna
dasar dalam membuat warna apapun. Buat sobat yang punya printer warna, coba
perhatikan cartridge tinta warnanya, biasanya berbasis CMYK. Sedangkan internet/ web dan monitor
memakai warna RGB. Standar ini bersifat light-based, bukan pigment.
Bedanya gimana? Bukan dari sekedar warna dasar yang dipakai, tapi dari jenis
warna nya sendiri. Light-based
colors (RGB), kalau dicampur akan jadi warna putih (saling menerangkan),
sedangkan pigment-based colors (CMYK) kalau dicampur akan jadi warna
hitam (saling menggelapkan). So agar
tidak kecewa! Gambar untuk di-print sebaiknya di konversi dulu ke CMYK (kecuali
pada printer modern yang profile-nya bisa diatur). Dan image buat
ditampilkan di layar monitor harus dikonversi dulu ke RGB.
Web atau Cetak
Hal paling utama dlam membuat grafis untuk web
adalah menciptakan file sekecil mungkin. Web gambar cukup membutuhkan gambar
RGB dengan resolusi 72 dpi, sedangkan untuk kebutuhan cetak memakai tipe (CMYK)
dengan resolusi 300 dpi.
Standar resolusi tersebut sudah umum dan
berlaku secara luas. Nilai tersebut merupakan resolusi paling reliable
untuk dapat dilihat dengan mata manusia. Jika resolusi semakin tinggi, mata
manusia tidak akan dapat mengetahui bedanya. Oleh sebab itu, 300 dpi dianggap
nilai yang cukup untuk dicetak. Lain halnya dengan teks, dibutuhkan resolusi
yang lebih besar yakni 400 dpi. Mengingat pada teks biasanya terdiri dari satu
warna. Resolusi dan size sangat
mempengaruhi besarnya file. Contoh, pada sebuah gambar CMYK dengan
ukuran 5 x 5 inch dan resolusi 300 dpi. Maka ukuran filenya kira-kira sebesar
(5 x 300) x (5 x 300) = 600 x 600 = 360000 = 8,58Mb (Silahkan cek kombinasi
tersebut dengan aplikasi Photoshop).
Pixel Merupakan titik individu dari
suatu warna. Arti lainnya adalah unit terkecil dari informasi digital yang
terdapat dalam sebuah gambar. Setiap foto atau gambar terdiri dari ribuan atau
jutaan pixel warna. Sobat bisa melihat pixel warna suatu gambar
dengan cara melakukan pembesaran gambar
Sekilas format gambar
JPEG (Joint Photographic Expert
Group) atau
JPG. Format ini didesain untuk gambar-gambar dengan keadalaman warna 24-bit.
Merupakan file standar dan paling populer di internet dan media cetak.
GIF (Graphics Interchange
Format). GIF terbatas dalam 256 warna saja, tapi salah satu warnanya bisa dibikin
‘transparan’. Sehingga kita bisa meletakkan gambar dengan warna latar yang
berbeda-beda. Selain itu dapat dipakai sebagai animasi. Sekitar Agustus tahun
1999, terjadi diskusi panjang tentang penggunaan format GIF di dunia intenet.
Betapa tidak? Unisys sebagai pemegang hak paten metode kompresi GIF (LZW
Compression) mendadak mengumumkan penarikan biaya sebesar $5000 bagi setiap
pemilik dan developer situs yang memanfaatkan format gambar GIF. Padahal format
GIF sudah telanjur mendunia.
PNG (Portable Network Graphics). Sebuah konsorsium yang
terdiri dari berbagai perusahaan digital mengembangkan sebuah format baru yang
disebut PNG. Merupakan jalan alternatif pengganti GIF dengan mencontoh metode
kompresi gambar LZW. Dan Alhamdulillah!
Sekarang ini semua browser internet sudah mendukungnya. Format ini
memiliki keistimewaan untuk menyimpan bermacam-macam kedalaman warna. Format
baru ini tidak mengikis 'informasi' warna dalam gambar seperti yang dilakukan
JPG. PNG juga membolehkan 'transparan'. Pilihan yang umum dalam mengekspor
gambar dalam format PNG adalah PNG-8 dan PNG-24. Maksudnya kira-kira mirip
dengan pilihan kita ketika mengekspor dalam GIF terdapat pilihan kedalaman 3
(yang artinya 8 warna), 4 (16 warna) atau 8 (256 warna).
TIFF (Tagged Image File Format). File yang dihasilkan adalah
.tif, format ini sangat cocok digunakan untuk desktop publishing.
BMP (BitMap Graphics). Format kuno dan abadi ini
telah dikenal ketika sistem operasi DOS dan Windows sampai sekarang.File yang
dihasilkan adalah .bmp.